Menanam Kembali Kayu Adau di Sekadau

adau, Sekadau, batang, menanam, kayu Adau, sungai Sekadau, Mulok, muatan lokal, sape, Kenyah, Jatung Adau

Pohon adau yang dahulu "bedakah" tumbuh di sepanjang sungai Sekadau, kini tinggal cerita saja. Patut dilakukan penanaman kembali pohon adau untuk mengekalkan sejarah Sekadau.


Adau. Pernahkah Anda menginderai jenis pohon ini? Salah satu kayu terbaik yang tumbuh habitatnya di kepulauan Borneo. 

Kayu adau sangat baik untuk bahan bangunan. Utamanya membuat rumah, jembatan, dan membuat badan alat musik tradisional, Sape. Bahkan, di Kalimantan Timur, orang Dayak Kenyah menjadikan kayu adau khusus untuk membuat badan alat musik, yang diberi nama: Jatung Adau. 

Pohon adau yang dahulu dikenal sebagai "bedakah" dan tumbuh menjulang di sepanjang sungai Sekadau, kini hanya tersisa sebagai kenangan belaka. 

Pohon-pohon adau ini bukan hanya memiliki nilai ekologis, tetapi juga merupakan bagian integral dari sejarah dan budaya lokal Sekadau. Mereka pernah menjadi simbol kekuatan alam dan keseimbangan ekosistem yang menyejukkan, memberikan naungan dan melindungi lingkungan sekitar sungai.

Kini, dengan menghilangnya pohon-pohon adau dari lanskap, kita kehilangan lebih dari sekadar tanaman; kita kehilangan bagian penting dari identitas dan warisan budaya kita. 

Oleh karena itu, penting untuk memulai upaya penanaman kembali pohon adau sebagai langkah strategis untuk mengekalkan sejarah dan melestarikan ekosistem lokal. Program penanaman kembali ini tidak hanya akan memperbaiki keseimbangan ekosistem, tetapi juga akan memperkuat hubungan masyarakat dengan sejarah dan lingkungan mereka.

Inisiatif ini bisa melibatkan berbagai pihak, mulai dari pemerintah daerah, lembaga swadaya masyarakat, hingga komunitas lokal. 

Melalui kerjasama yang solid, kita bisa menciptakan taman-taman komunitas yang penuh dengan pohon adau, mengadakan kegiatan pendidikan tentang pentingnya konservasi, serta menggalakkan partisipasi aktif dari generasi muda dalam perawatan dan pemeliharaan pohon-pohon ini.

Dengan penanaman kembali pohon adau, kita tidak hanya membangun kembali bagian dari lanskap fisik Sekadau, tetapi juga merajut kembali benang-benang sejarah dan budaya yang mungkin telah pudar. Ini adalah langkah penting untuk memastikan bahwa warisan alam dan budaya kita tetap hidup dan berkembang untuk generasi mendatang.

Batang itu sungai

Pada zaman dahulu kala, sebelum mengenal bahasa Melayu dan bahasa Indonesia, "batang" tidak dimaksudkan menyebut batang kayu. Yakni bagian dari pohon lurus di atas tanah itu. 

Mari sejenak masuk ke alam pikiran atau khasanah zaman tempo dulu. Sekitar abad 15 atau 16. Tatkala pada era itu, Sungai Kapuas disebut: Batang Lawae atau Betang Lawe. (Baca Hikayat Banjar). 

Sekadau syahdan asal usulnya dari berasal dari "batang adau". Yakni sungai adau, bukan batang kayu adau. Hal itu karena di sekitar sungai itu tumbuh banyak kayu adau. Sedemikian rupa, sehingga disebut Sungai Adau, yang bermuara di Sungai Kapuas, yang kemudian dikenal sebagai Sungai Sekadau. 

Kini Sungai Sekadau lokusnya persis di hilir jembatan penanjung, jalan arah ke Sintang. 

Titik muara Batang Adau (Sungai Sekadau). Google map.


Pada ketika ini sudah tidak ditemukan lagi adanya kayu adau yang dahulu kala dikisahkan "bedakah", banyak tumbuh di sekitar muara Sungai Sekadau ini. 

Kayu adau

Ke mana kayu adau? Bisa jadi, ditebang habis oleh orang yang memerlukannya untuk bahan bangunan. Namun, lupa untuk ditanami kembali. Sedemikian rupa, sehingga masih bisa ditunjukkan fisik jenis kayunya ke anak cucu.

Inilah penampakan morfologi daun kayu adau. Kiranya guru Geografi, atau Biologi, dapat memperkenalkan kayu adau ke siswa-siswi di Kabupaten Sekadau, Kalimantan Barat. Masuk ke dalam konten pelajaran Muatan Lokal (Mulok). 

Morfologi daun kayu adau.

Ini serius! Saat ini saja, mengajarkan khasanah kekayaan kayu tropis di Borneo, yang sudah langka, bagai mengajarkan dinosaurus kepada anak-anak muda dan siswa sekolah dasar dan menengah. 

Program menanam kembali kayu adau di Sekadau

Senyampang masih ada waktu. Baik kiranya ada program menanam kembali kayu adau di Sekadau. 

Bisa saja nama program itu "Menanam kembali seribu pohon adau". 

Bagaimana dengan bibitnya? Bisa ke Kalimantan Utara. Di provinsi termuda Indonesia ini, masih banyak tumbuh pohon-pohon adau. Satu dua bibitnya masih bisa didapat. 

Namun, untuk membudidayakannya, tentu memerlukan tenaga ekstra, usaha, dan biaya. Mengapa? Sebab selain jauh, tidak mudah untuk membudidayakan kayu adau. Tapi bila ada kemauan, di situ ada jalan. (Tabut Perjanjian)


LihatTutupKomentar
Cancel