Batang Adau, Bukan Batang Kayu tapi Sungai Adau

adau, batang, sungai, Sekadau, sape, Sekadau, Lawang Kuwari, kayu, Borneo,
Batang pohon adau. Dok. penulis.

Batang dalam bahasa Iban adalah sungai atau air. Kata yang sama "batang" juga berarti pohon kayu. Kosa kata dalam bahasa Indonesia yang dibentuk dari bahasa Melayu di kemudian hari. 

Maka "batang" dalam konteks sejarah Sekadau mengacu kepada sungai atau betang. Suatu istilah zaman dahulu kala, sebelum bahasa Melayu dan bahasa Indonesia terbentuk. 


Batang Adau itu Sungai Sekadau

Batang atau betang berarti: sungai. Sedangkan adau adalah kayu adau, kayu keras, yang bahannya sangat baik untuk bahan bangunan (rumah dan jembatan), apalagi untuk membuat alat musik sape.

Bagi yang belum pernah melihat kayu adau, inilah batang kayunya. Tidak mudah mendapatkannya. harus mencari dan riset sampai masuk jauh pedalaman Borneo.

Setelah membaca tuntas narasi ini, jangan ikut latah lagi. Batang adau yang dimaksudkan dalam asal usul Sekadau bukan batang kayunya, melainkan sungai Sekadau, di tempat sekitar muara sungai Sekadau tumbuh banyak kayu adau.

Morfologi daun adau.

 



Bahwa kini generasi muda "loss generation", kehilangan cita rasa, bahkan penginderaan akan kayu asal usul Sekadau ini. Carilah pohon kayu ini di Sekadau dan sekitarnya. Jika ada, berani beli. Oleh sebab itu, sebaiknya ada pikiran untuk membudidayakannya. Agar generasi muda tidak kehilangan mata rantai sejarah dan pemahaman.

Ada baiknya entah pecinta lingkungan, entah orang tua dan guru, bahkan LSM, menanam banyak-banyak kayu adau di Sekadau. Jasmerah (jangan sekali-kali melupakan sejarah). Kita akan merasa senang dan bangga apabila menyaksikan anak-anak muda dan generasi berikutnya tahu bukan sebatas abtraksi, melainkan dapat langsung menginderai fisik poohon adau dan morfologinya.

Penampakan muara Sungai Sekadau pada badan sungai Kapuas.

Batang adau. Banyak generasi muda Sekadau salah kaprah memaknainya. Dikira batang kayu, padahal bukan demikian. Mari telusuri sejarah. 


Batang atau betang. Dahulu dan kini beda maknanya. Dalam KBBI daring, batang berarti: 1 bagian tumbuhan yang berada di atas tanah, tempat tumbuhnya cabang dan ranting (pada tumbuhan berkeping satu tempat melekatnya pelepah daun); 2 benda yang bentuknya panjang-panjang atau bulat panjang.

Pada zaman dahulu kala, sebelum mengenal bahasa Melayu dan bahasa Indonesia, "batang" tidak dimaksudkan menyebut batang kayu. Mari sejenak masuk ke alam pikiran atau khasanah zaman tempo dulu. Sekitar abad 15 atau 16. Tatkala pada era itu, Sungai Kapuas disebut: Batang Lawae atau Betang Lawe. (Baca Hikayat Banjar). 

Jadi, betang atau batang adalah: Sungai, bukan batang pohon atau batang kayu.

Khusus asal mula sejarah Sekadau, disebutkan karena "... di sekitar sungai yang bermuara di Batang Lawae (Kapuas) itu banyak tumbuh kayu Adau, maka disebut: Batang Adau. Yang kemudian, menjadi: Batang (Sungai) Sekadau.
 

Maka cukup keliru mengartikan "Batang Adau" sebagai batang kayu adau. Melainkan Sungai Adau. Baca 

Kayu adau kini makin langka. Masih ada di Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara. Sangat baik untuk membuat badan sape, alat musik tradisional Dayak. Sulit sekali mencari contoh morfologi seluruh penampakan pohon adau. Hanya ditemukan balok kayunya saja, seperti ilustrasi kita yang di bawah ini. 

Adau baik untuk sape

Di Kalimantan Timur, ada alat musik khusus yang dinamakan "Jutung Adau". Alat musik tradisional khas suku Dayak Kenyah.

Para maestro atau pemusik sape ternama, menggunakan sape yang terbuat dari kayu adau. Misalnya saja Mathew Ngau Jau. Dari Ulu Baram, Long Semiang. Saksikan! Sekaligus nikmati keindahan bunyi sape yang ditimbulkan dari badan sape terbuat dari kayu adau ini. Pembaca dapat mengunggahnya, ada banyak, di kanal Youtbe dengan terlebih dahulu mengklik" Mathew Ngau Jau.

Kini di Sekadau dan sekitarnya, sudah langka menemukan kayu adau kembali. Kayu adau masih cukup mudah ditemui di Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara, utamanya di daerah Malinau dan Krayan (the hearts of Borneo)

Sekadau perlu menanam kembali adau

Agaknya, orang Sekadau perlu untuk membudidayakan kembali tanaman keras ini. Setidak-tidaknya untuk bekal pengetahuan-praktis masyarakat. Supaya pernah menyaksikan dengan mata-kepala sendiri, seperti apakah tanaman adau, yang menjadi bagian sejarah yang tak terpisah Sekadau masa lampau, kini, dan masa yang akan datang. 

Poin kita pada narasi ini adalah meluruskan "batang" adau. Bukan batang kayunya, bagian lurus yang berada di atas permukaan tanah. Melainkan "batang" adalah sungai. Yang dimaksudkan Sungai Adau, yang kemudian dikenal sebagai: Sungai Sekadau. 
-- Masri Sareb Putra
LihatTutupKomentar
Cancel