Jalan Keling Kumang, Sekadau

Jalan Keling Kumang, Mungguk Ransa, Sekadau, Polres Sekadau, Rupinus, DPRD, Kabupaten Sekadau, Munaldus, Aron


Jalan Keling Kumang, Sekadau. Akses yang diusulkan masyarakat, disetujui dan mulai dikerjakan semasa Bupati Rupinus, dirampungkan Bupati Aron.

Seorang pria. Setengah baya. Ia mengenakan rompi cokelat muda. Topi hitam menutupi kepalanya. Masuk ke kantor taksi yang lagi naik daun di bilangan Jalan Veteran, Pontianak, Kalimantan Barat. 

Bila pengusaha taksi lain umumnya menggunakan mobil jenis Innova. Namun, perusahaan ini armadanya menggunakan mobil jenis minibus. Itulah alasan orang lebih suka memilih perusahaan taksi ini. Terasa di dalam kendaraan agak lapang. Ia diterima oleh seorang petugas perempuan muda yang cantik dan ramah.

Jalan Keling Kumang

“Mau ke mana pak?” tanya petugas penjualan tiket itu. 

“Ke Sekadau dek”, kata lelaki itu.

“Di Sekadau turunnya di mana pak?” tanya petugas itu lagi.

“Di Jalan Keling Kumang, dek. Tepatnya di Kompleks SMK Keling Kumang” kata laki-laki itu lagi.

“Baik pak, ongkosnya Rp 200.000 pak”, kata petugas itu lagi. Malam itu, lelaki itu sampai di Jalan Keling Kumang sekitar pk. 01.00 WIB lewat tengah malam.

Jalan yang tak asing lagi

Sebenarnya, taksi sudah sampai di kota Sekadau sekitar 1 jam sebelumnya. Tetapi karena harus menyinggahi penumpang sampai di alamat rumahnya masing-masing, maka persinggahan demi persinggahan itu memerlukan waktu hampir 1 jam. 

Lelaki itu diturunkan terakhir karena dari Jalan Keling Kumang taksi langsung meluncur ke arah Polres Sekadau di Jalan Sintang. Selanjutnya mengantar penumpang ke Tanjung Asam, Sei Ayak.

Demikianlah, Jalan Keling Kumang sepertinya sudah tidak asing lagi bagi para sopir taksi.

Peta Jalan Keling Kumang : memintas kota Sekadau. by Google

Tahun 2000-an awal, apalagi tahun 1980-an “Jalan Keling Kumang” ini tidak dikenal. Orang hanya mengenal daerah itu daerah Mungguk Ransa, yang pada tahun 1980 terkenal dengan “Kolam Akai”-nya. Selain itu juga merupakan tempat favorit untuk berkemah, khususnya untuk kegiatan acara perpisahan bagi siswa/I SPG St. Paulus Sekadau. Boleh dikatakan pra-1990-an, wilayah ini belum dilirik sama sekali. Sebuah munggu yang banyak ditumbuhi rumpun ransa, semacam sawit hutan, namun bergerombol, tidak monokultur.

Mungguk Ransa berada di Jalan penghubung antara kota Sekadau dengan kampung Selalong; disebut Mungguk Ransa, karena di tempat itu banyak ditumbuhi pohon Ransa, sejenis pohon palem berduri yang umbutnya bisa dijadikan sayur, mirip umbut kelapa atau sawit.

Dulu ketika dari daerah Rawak mau ke arah Jalan Sintang, maka harus memasuki kota Sekadau terlebih dahulu; tetapi dengan adanya “Jalan Keling Kumang” ini, maka kita bisa langsung belok kanan melalui Jalan Keling Kumang dan tembus ke Jalan Sintang, di “Mungguk Polres”; jalan memintas dan sekarang sudah hitam dan aspal mulus sejak tahun 2022 lalu.

Mengapa dan siapa Keling Kumang? Tahun 2016 Yayasan Pendidikan Keling Kumang membeli tanah dan mendirikan gedung sekolah, yang kemudian dikenal dengan nama SMK Keling Kumang, tidak jauh dari simpang jalan ini dari arah Jalan Rawak.

Semua mendapat berkat.Jalan Keling Kumang melintas gerbang depan SMK dan gedung Yayasan Pendidikan Keling Kumang..

Pada tahun 2017, gedung sekolah kejuruan ini mulai ditempati para siswa/I yang pada tahun 2019 (sebelum covid) berjumlah lebih dari 1000-an orang, sehingga menjadikan sekolah ini bahkan menjadi SLTA dengan siswa terbanyak di kota Sekadau, bahkan Kabupaten Sekadau.

Ada 2 mobil sekolah yang beroperasi mengangkut para pelajar itu pada pagi dan siang hari, dari Jalan Keling Kumang ke Komplek Keling Kumang Mart (dulu Gedung atau tempat tinggal Bapak Prefek Prefektur Apostolik Sekadau, Mgr. Lukas D. Spinosi,CP) pergi pulang (PP) atau di depan SMA Karya Sekadau. Dengan banyaknya siswa yang bersekolah di situ. akibatnya kompleks ini menjadi semakin ramai.

Di kompleks SMK Keling Kumang ini juga terdapat kantor Yayasan Pendidikan Keling Kumang (3 lantai) dan asrama Putri Kumang yang diasuh para Suster CP serta sekarang sedang dibangun asrama mahasiswi Institut Teknologi Keling Kumang, berupa Rumah Susun atau Rusun bantuan pemerintah Pusat, melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melalui Ketua Komisi V DPR RI dari PDIP, Bapak Lasarus,S.Sos.,M.Si.

Berdasarkan Surat Keputusan Bupati Sekadau, Rupinus, S.H, M.Si No. 551.23/368/DISHUB-B/2017 Jalan penghubung antara Jalan Rawak dan Jalan Sintang yang melewati Kompleks SMK Keling Kumang ini diberi nama JALAN KELING KUMANG, tentu saja atas saran dan usulan masyarakat, setelah mendapat persetujuan DPRD Kabupaten Sekadau.

Lebih jauh, “Keling Kumang” adalah tokoh legenda “Rama dan Sinta”nya orang Dayak Iban; yang digunakan menjadi “Nama Pelindung Sekolah” seperti  SMP “St.Gabriel”, SPG “St.Paulus” dalam budaya Gereja Katolik. Bedanya, persekolahan Keling Kumang menggunakan nama tokoh legenda Budaya Dayak Iban, yang merupakan nama tokoh leluhur mereka. 

Sementara tokoh “Keling” merupakan simbol lelaki tampan, berani, gagah perkasa dan sakti mandraguna pada zamannya dan “Kumang” adalah sosok perempuan cantik, feminim dan juga sakti mandraguna yang merupakan isteri Keling. Ketokohan mereka diharapkan dapat menjadi teladan buat kita yang masih hidup di dunia ini, seperti tradisi dalam Gereja Katolik di mana para pengikutnya meneladani ketokohan para Orang Kudus yang dipilihnya.

Ketika awal kompleks persekolahan ini didirikan, daerah ini masih sepi dan perumahannya pun masih jarang, belum ada jaringan listrik, telepon dan perusahaan daerah air minum (PDAM). Berhubung masuknya fasilitas listrik, telepon dan sarana penting air leding yang sangat vital, maka Yayasan Pendidikan Keling Kumang harus mengeluarkan biaya ekstra untuk pengadaan jaringan tersebut. Masyarakat sekitar selanjutnya menjadi terbantu dalam penyambungan jaringan listrik. Telepon (Wifi) dan air leding.

Saat ini, 2023, sehubungan dengan pembangunan Asrama Mahasiswi Rusun ITKK, telah dibangun gardu listrik baru di areal persekolahan ini, yang sebelumnya harus ditarik dari arah kantor Camat Sekadau Hilir, yang jaraknya sekitar hampir 2 km dari gardu yang sekarang, hal ini semakin mempermudah masyarakat dalam mengakses sistem komunikasi dan jaringan air bersih di daerah tersebut.

Lebih jauh, minat orang membeli tanah dan membangun perumahan di sekitar itu semakin melonjak. Harga tanah menjadi melambung tinggi dan rumah-rumah kost menjamur. Di ujung sedikit kompleks SMK Keling Kumang, ada objek wisata memancing “Kanaan”, dan ujungnya lagi ada Gedung Gereja besar, Gereja Kemah Injil Indonesia “Jemaat Tiberias”.

Gereja Tiberias nan agung dan megah itu: dilintas Jalan Keling Kumang.

Adapun di seberang jalan arah Gereja tersebut ada lahan sangat luas miliki seorang pengusaha tajir Sekadau, Bapak Miukang. Rencananya, di atas lahan tersebut pak Miukang akan membangun Kompleks perumahan yang luas dan representatif, yang kalau sudah laku semua akan dibangun sekitar 600 an unit rumah.

Konon pak Miukang akan menamai kompleks perumahan tersebut dengan nama “Kota Baru Residence” Sekadau, sebuah kota mandiri di daerah ringroadnya Sekadau yang langsung berbatasan dengan sungai Sekadau. Kompleks Perumahan Dosen Institut Teknologi Keling Kumang di bangun di sini, bahkan merupakan perumahan perdana yang dibangun sebanyak 15 unit rumah.

Perumahan dosen ITKK saat ini sudah dihuni oleh para dosen.

Jalan simpang Keling Kumang ke perumahan dosen ITKK.





Menurut rencana, Pemkab Sekadau akan menyambung  ring road “Jalan Keling Kumang” ke arah jalan Sanggau tembus di Pal 7. Jalan itu melalui Mungguk Ransa dimana terdapat Stasiun Radio “Dermaga”, milik bapak Nico Bohot. 

Pada ketika ini, jalan penghubung ke jalan Sanggau masih merupakan jalan tanah yang belum bisa dilalui dengan kendaraan roda empat, tetapi itu hanya masalah waktu, dalam waktu tidak terlalu lama pasti akan menjadi jalur hitam aspal mulus seperti Jalan Keling Kumang saat ini.

Usul yang menjadi
Jika pada hari ini masyarakat luas dapat menikmati, sekaligus mengakses jalan Keling Kumang, bukan sehari dua hari gagasannya. Sedemikian rupa, sehingga menjadi sebagaimana kondisinya pada waktu ini. 

"Waktu habis Rapat Anggota Tahunan (RAT) tahun 2016. Saya makan sehidangan dan semeja dengan Bupati Sekadau, waktu itu, Pak Rupinus. Kebetulan beliau menjadi dewan penasihat Keling Kumang Grup," terang Munaldus, M.A., salah seorang pendiri sekaligus aktivis gerakan CU Keling Kumang 

"Saya mohon nama jalan itu Keling Kumang. Beliau setuju. Lalu dibuat usulan ke DPRD Sekadau. Saya panggil pak Aco untuk menindaklanjutinya. Nah, jadilah jalan itu bernama Jalan Keling Kumang," imbuh pria berkacamata yang dikenal sebagai penulis dengan nama pena Liu Ban Fo.

Nama jalan suatu kota/ kawasan mengambil dari khasanah sendiri, ini suatu kemajuan. Ikhtiar luar biasa yang patut terus dilakukan. Dengan banyaknya nama jalan mengambil rupa bumi dan nama leluhur maka akan menjadikan suatu daerah itu semakin unik.

Dengan demikian, Sekadau sebagai ibu kota Kabupaten baru, akan  menjadi semakin memiliki daya tarik tersendiri. Baik  untuk dihuni atau tempat bekerja di berbagai sektor kehidupan. Apalagi mengingat kota Sekadau merupakan tempat bertemunya 4 jalur mata angin (jalur Sintang, Melawi, Putussibau, Jalur Sekadau ke arah Hulu (Rawak, Nanga Taman dan Nanga Mahap), Jalur kapuas ke arah kiri mudik (Belitang Hilir, Belitang dan Belitang Hulu, serta Jalur ke hilir sungai kapuas : Sanggau- Pontianak - Malaysia. 

Semua perkembangan itu didukung kelancaran dan kenyamanan sarana dan prasarana jalan Keling Kumang. Akses yang memudahkan apa saja dan siapa saja masuk kota Sekadau, dengan maksud baik tentunya.

Teks dan gambar: R. Musa Narang
Penyunting: Masri Sareb Putra

LihatTutupKomentar
Cancel