Sekadau pada Senja yang Sama - Cerpen : Rangkaya Bada

Sekadau, Lawang Kuwari, Julay Heng, Mei Hwa

Sinopsis:
Sekadau dengan keindahan dan pesona senjanya, tetap menjadi bagian spesial. Teristimewa bagi Julay Heng, seorang pemuda Dayak. Di mana cita dan hatinya pernah tertambat pada Mei Hwa, seorang gadis Tionghoa yang memiliki pesona yang tak terlupakan. Mereka berdua adalah dua jiwa muda yang takdirnya dipertemukan dalam perjalanan hidup yang penuh keajaiban.

Tiap kali tiba. Atau mengingat "Bumi Lawang Kuwari". Maka kenangan-kenangan romantis dan momen-momen bahagia bersamanya muncul kembali. Membawa perasaan nostalgia. Menggurat lagi sepotong cinta, yang tak pernah pupus oleh waktu...

Sekadau, dengan sejuta ceritanya. Tetap misteri. Hari demi hari mengembus napas hidup. Memancarkan pesona alam dan mengajak setiap penghuninya untuk merenungi arti dari setiap senja yang tiba. Silih berganti. Bagai datang dan tibanya musim. 

Cinta dan rasa boleh datang silih dan pergi. Namun, kenangan indah dan pesona senja yang abadi akan selalu menggelayut di hati mereka yang pernah merasakannya.

Berulang kali senja datang dan berlalu, begitu pula dengan perasaan cinta yang datang dan pergi bagai ombak di pantai. Namun, satu hal yang tak pernah terlupakan dan selalu dinantikan adalah kedatangan senja yang sama tiap harinya.

Di kompleks sekolah nan indah ini. Kenangan indah bergelayut dalam suasana senja yang romantis. Rasanya cinta hadir dan mengisi hati, tetapi juga kadang pergi seiring berjalannya waktu. Namun, pesona senja yang tiada tandingannya tetap menjadi momen yang paling dinantikan dan membawa harapan baru.

Semilir angin menjadi saksi bisu dari kisah cinta yang pernah berkembang di sini. Cinta dan rasa, bagaikan perjalanan tak terduga yang kadang mendebarkan dan penuh warna. Namun, di "Bumi Lawang Kuwari," keabadian senja selalu menjadi simbol harapan dan keindahan yang tak pernah luntur.

Meski tidak ada hubungan fisik, selain ciuman mersra tak terlupa pada ujung senja itu. Sebongkah rasa, kenangan itu, begitu indah. Membekas meninggalkan gurat-gurat lukanya, dan melekat di hati mereka seiring berjalannya waktu. 

Jangan pernah takut untuk merenungi kenangan-kenangan ini dan merasakan beragam emosi yang muncul. Kenangan romantis dapat menjadi bagian penting dari pertumbuhan kita dan membentuk siapa kita saat ini. Ingatlah bahwa cinta dan perasaan yang Anda alami bersama mantan pacar Anda, meskipun berakhir, adalah bagian berharga dari perjalanan hidup Anda.

Sekadau dengan keindahan dan pesona senjanya, tetap menjadi bagian spesial.  Teristimewa bagi Julay Heng, seorang pemuda Dayak. Di mana cita dan hatinya pernah tertambat pada Mei Hwa, seorang gadis Tionghoa. Sosok bermata sipit kulit halus mulus yang memiliki pesona yang tak terlupakan. Mereka berdua adalah dua jiwa muda yang takdirnya dipertemukan dalam perjalanan hidup yang penuh keajaiban.

***

MASA SMA. Kisah cinta mereka tumbuh di antara latihan-latihan yang berat dan tugas-tugas sekolah. Di tengah riuhnya pertandingan olahraga dan meriahnya perpisahan SMA, tak ada yang tahu betapa rapuhnya hubungan mereka yang hanya berlandaskan senyuman manis dan tatapan mata penuh makna. Namun, cinta itu cukup nyata dalam hati mereka, meski belum berani mereka ungkapkan secara terang-terangan.

Pada suatu senja yang indah, saat mentari mulai meredup dan langit dipenuhi warna oranye, Julay Heng dan Mei Hwa pulang bersama dari latihan. Tidak ada yang bisa menyamai momen tersebut. Suasana tenang. Hanya jantung berdebar, berdegup kendang. Serta rasa canggung yang terasa manis. Di bawah langit senja yang indah, cinta mereka akhirnya dipercayai diri untuk mengungkapkan satu ciuan mesra yang mungkin hanya ada sekali dalam hidup mereka.

Meskitidak ada hubungan fisik, selain ciuman mersra tak terlupa pada ujung senja itu. Sebongkah rasa, kenangan itu, begitu indah. Membekas meninggalkan gurat-gurat lukanya, dan melekat di hati mereka seiring berjalannya waktu. 

Setelah perpisahan SMA, takdir memisahkan mereka. Mei Hwa pergi ke kota besar untuk mengejar impiannya, sementara Julay Heng tetap tinggal di Sekadau untuk meneruskan perjuangan di tanah kelahirannya.

Sepuluh tahun berlalu, kehidupan mereka berjalan dengan cerita masing-masing. Julay Heng menjadi seorang pria yang gagah dan bijaksana, sementara Mei Hwa sukses menjadi wanita yang mandiri dan berdedikasi. Namun, takdir mempertemukan mereka kembali setelah sekian lama.

Suatu hari, ketika kembali ke kampung halamannya, Julay Heng tanpa sengaja bertemu dengan Mei Hwa di pasar tradisional Sekadau. Senyuman yang pernah dulu mereka bagi satu sama lain masih menghiasi wajah mereka, dan rasa cinta yang pernah ada semasa SMA kembali menggelora dalam hati mereka.

Namun, kini Mei Hwa telah menjadi seorang istri yang setia dan bahagia. Hatinya terbagi antara cinta masa lalu dan cinta pernikahannya. Saat mendengar lagu Panbers yang dulu sering mereka dengarkan bersama, memori masa SMA datang menghampiri. Lagu itu menggema, "Bila bertemu puaslah hatiku, sebab Mei Hwa sudah berdua."

Julay Heng merenung dan bertanya pada dirinya sendiri, akankah ia mencuri pertemuan ini dari sang suami? Namun, dengan bijaksana, ia memutuskan untuk membiarkan Mei Hwa bahagia dengan pilihan hidupnya yang telah dibuat. Cinta mereka mungkin bersemi di masa lalu, namun kini ia memahami bahwa takdir membawa mereka ke jalan yang berbeda.

Dalam kepergiannya, Julay Heng membawa kembali kenangan indah itu dalam hatinya. Momen ciuman mesra di senja hari yang tak terlupakan itu akan selalu menjadi bagian dari hidupnya. Meskipun cinta itu tak bisa menjadi miliknya, ia berharap Mei Hwa akan selalu bahagia dan berada di sisinya sebagai seorang teman sejati.

***

PADA senja yang sama. Julay Heng berjalan menjauh dari Sekadau dengan langit yang sama indahnya. Ia antar kenangannya yang tak terlupakan. 

Ia tahu. Cinta yang pernah ada antara mereka akan tetap membahagiakan di balik langit biru luas nan nirbatas.

Seberkas sinar, warna keemasan mentari senja dari arah Sungai Kapuas berpendar di atas bumi Lawang Kuwari. Segaris cahaya jatuh perlahan, menerpa hatinya yang luka.

Di langit yang terbuka, seekor merpati terbang tinggi. Barangkali pulang ke sarang, sebelum gulita tiba. Dan bulan purnama yang tampak pucat meningkap sarangnya.  ***

Bandara Supadio, Pontianak, 26/07-2023

LihatTutupKomentar
Cancel